PROFIL RESORT LELIO
I. Sejarah Pembentukan Resort
Pada tahun 1973 Suaka Margasatwa Lore Kalamanta dibentuk berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian No: 552/Kpts/Um/10/73 pada tanggal 20 Oktober. Pada tahun 1978, hutan wisata Danau Lindu dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No 46/Kpts/Um1/78 pada tanggal 25 Januari. Di tahun 1981, Surat Keputusan Menteri Pertanian No 1012/Kpts/Um/12/1981 yang dikeluarkan pada tanggal 10 November menjadi dasar perluasan kawasan ini kearah utara. Kemudian pada tahun 1982, ketiga kawasan ini dijadikan sebagai Taman Nasional Lore LIndu melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No 593/Kpts-II/1993 dengan kawasan seluas 229,000. Lore Lindu juga dideklarasikan sebagai salah satu cagar biosfer United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 1978. Lalu pada tanggal 21 Januari 2014, Kementerian Kehutanan melalui keputusan nomor 27/IV-T.13/2014 membagi Taman Nasional Lore LIndu menjadi 12 resort, dimana Resort Lelio adalah salah satu dari 12 resort tersebut.
II. Profil Biofisik Resort
Secara administrative, wilayah Resort Lelio masuk dalam wilayah 3 kecamatan yaitu Kecamatan Lore Selatan, Lore Tengah, dan Lore Barat. Total Luas Kawasan Resort Lelio adalah 11,047.44 ha dengan panjang batas 56,321.85 m
Gambar 1. Peta wilayah kerja Resort Lelio, TNLL

Kawasan Resort Lelio terletak pada ketinggian dari 792 mdpl sampai dengan ketinggian 2300 mdpl. Kawasan ini memiliki topografi yang bervariasi dari kelas lereng landau hingga kelas lereng sangat curam. Lebih dari 50% dari kawasan resort Lelio memiliki kelerangan melebihi 40%. Persentasi kelas kelerengan di wilayah kerja Resort Lelio dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Kelas Lereng di Resort Lelio-TNLL
RESORT LELIO- TNLL |
KELAS LERENG |
LUAS (Ha) |
% |
0-8 |
200 |
1.81 |
|
8-15 |
534 |
4.83 |
|
15-25 |
1,389 |
12.57 |
|
25-40 |
3,015 |
27.29 |
|
>40 |
5,910 |
53.50 |
|
Total |
11,047 |
Berdasarkan peta penutupan lahan tahun 2015 terdapat 5 tipe tutupan lahan di dalam kawasan Resort Lelio yaitu hutan lahan kering, hutan lahan kering sekunder, lahan terbuka, pertanian lahan kering, dan semak belukar. Sebagian besar tutupan lahan di dalam kawasan berupa hutan lahan kering dengan besaran jumlah presentasi sebesar 95%. Proporsi tipe tutupan lahan di kawasan Resort Lelio dapat di lihat pada tabel 2
Tabel 2. Tutupan lahan di wilayah kerja Resort Lelio[1]
JENIS TUTUPAN LAHAN |
LUAS TOTAL(Ha) |
PERSENTASE (%) |
Hutan Lahan Kering |
10449 |
94.6% |
Hutan Lahan Kering Sekunder |
380 |
3.4% |
Lahan terbuka |
18 |
0.2% |
Pertanian Lahan Kering |
146 |
1.3% |
Semak Belukar |
54 |
0.5% |
Pada resort Lelio terdapat beberapa jenis satwa yang dapat dijumpai antara lain Rusa (Cervidae), Babirusa (Babyrousa), Anoa (Bubalus depressicornis), Elang Sulawesi (Nisaetus lanceolatus), Rangkong Sulawesi (Buceros rhinoceros), maleo (Macrocephalon maleo), Yaki (Tonkeana), Tarsius (Spectral tarsier) dan Tarsius (Tarsius wallacei). Meskipun telah didapatkan gambaran umum flora dan fauna yang terdapat di kawasan ini, masih dibutuhkan kegiatan survey potensi yang terdapat di kawasan untuk memetakan secara pasti tidak hanya potensi, namun juga ancaman di dalam kawasan resort.
I. Fasilitas Resort
Resort Lelio saat ini belum memiliki gedung kantor resort. Untuk peralatan dasar penunjang kegiatan dilapangan seperti GPS dan kamera telah tersedia namun untuk kamera masih kurang layak karena hanya kamera pocket belum memenuhi syarat untuk pengambilan gambar satwa yang jaraknya jauh dari jangkauan penglihatan mata manusia hanya ada teropong. Binokuler, dan kompas tidak tersedia. Daftar sarana dan prasarana Resort Lelio dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Daftar fasilitas resort Lelio
FASILITAS |
KETERSEDIAAN |
KETERANGAN |
|
Kantor/Pondok Kerja |
Bangunan |
Tidak ada |
Belum ada gedung kantor |
Listrik |
Tidak ada |
||
Air |
Tidak ada |
||
WC |
Tidak ada |
||
Dapur |
Tidak ada |
||
Tempat Istirahat |
Tidak ada |
||
Alat Transportasi dan Komunikasi |
Transportasi |
Ada |
Ada 1 unit roda 2 tipe Kawasaki KLX |
Komunikasi |
Tidak ada |
||
Alat dasar survey |
GPS |
Ada |
|
Kamera |
Ada |
||
Peta |
Ada |
||
Binokuler |
Tidak ada |
||
ATK |
Teropong |
Ada |
|
Komputer / Laptop |
Tidak ada |
||
Printer |
Tidak ada |
||
Meja |
Tidak ada |
II. Kelembagaan dan Organisasi
Terdapat 3 orang staff di Resort Lelio, yang terdiri atas 1 orang Polhut, 1 orang MMP dan satu orang tenaga honorer. Daftar staff Resort Lelio dapat di lihat pada tabel 4.
Saat ini, sistem dalam pengoperasian/pengelolaan resort belum tersedia. Aktivitas rutin dijalankan oleh anggota resort hanya mengikuti tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang dijabarkan pada surat penunjukan yang diterima oleh masing – masing staff. Tugas dan fungsi pokok ini hanya mengatur kegiatan yang melekat dengan fungsi masing-masing anggota resort. Belum ada arahan strategis terkait pengelolaan resort. Sebaliknya, keleluasaan untuk melakukan perencanaan dan pengelolaan anggaran di tingkat resort juga masih terbatas. Saat ini perecanaan dan pengelolaan anggaran masih terpusat di tingkat balai dan bidang. Terkait pelaporan di tingkat resort, mengikuti arahan dari tingkat Balai, terdapt laporan rutin yang disampaikan ke seksi. Meskipun begitu,pelaporanini masih sangat sederhana, dan sebagian besar informasi belum dianalisa. Informasi yang dikumpulkan dalam bentuk hard copy ini diberikan kepada Balai, namun terkait sejauh mana laporan ini mempengaruhi perencanaan kegiatan di tingkat resort masih belum jelas.
Tabel 4. Daftar staf di Resort Lelio- TNLL
ID |
Nama |
Umur |
Fungsi |
Tugas |
Jabatan |
Status Pegawai |
Kemampuan Menggunakan GPS |
Membaca peta |
Identifikasi satwa dan tumbuhan |
||||
1 |
Guril Ticoalu |
55 |
Polhut |
Perlindungan dan koordinasi |
Kepala Resort |
PNS |
Ya |
Ya |
Ya |
||||
2. |
Hengki Tekai |
** |
MMP |
Perlindungan/ membantu tim polhut |
Anggota |
MMP |
Ya |
Ya |
Ya |
||||
3 |
Victor Mangela |
** |
Tenaga Upah |
Pengamanan pos jaga dan tugas lainnya |
Anggota |
Honorer |
Ya |
Ya |
Ya |
||||
III. Kapasitas SDM
Sebagaimana yang diperlihatkan pada Tabel 4, kemampuan teknis staff Resort Lelio , berdasarkan identifikasi yang dilakukan oleh anggota resort sudah mencukupi. Terkait kegiatan pelaporan, administrasi dan komunikasi juga dianggap telah memadai untuk pengelolaan kawasan resort Lelio. SAat ini anggota resort, termasuk tenaga MMP telah terbiasa untuk melakukan pelaporan sederhana, yang kemudian diserahkan ke Seksi untuk disusun sebagai laporan lebih lanjut. Pelatihan yang pernah diterima anggot resort terbatas pada pelatihan penyegaran polhut.
IV. Potensi Pemanfaatan
Terdapat beberapa potensi pemanfaatan yang diidentifikasi oleh anggota resort Lelio. Lebih detail mengenai potensi pemanfaatan tersebut dapat dilihat pada table 5.
Tabel 5. Potensi Pemanfaatan SUmber Daya Alam di Wilayah Resort Lelio
Potensi |
Pemanfaatan SDA |
Pemanfaatan Wisata Alam |
Terdapat air terjun Beta Uwa di resort Lelio, diperkirakan rata-rata pengunjung setiap bulannya mencapai 10 sampai 15 orang. |
Pemanfaatan Jasa Lingkungan |
Untuk pemanfaatan jasa lingkungan masyarakat baik yang ada di sekitar kawasan maupun yang di luar kawasan menggunakan air dari dalam kawasan untuk kebutuhan kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan ini terutama di wilayah Lore Barat dan Lore Selatan. |
V. Profil Ancaman
Berdasarkan analisa spasial yang dilaksanakan oleh WCS-IP, daerah resort Lelio yang diidentifikasi mengalami deforestasi hanya sekitar .0006 ha, dan tidak terdapat lahan yang dikategorikan sebagai kritis didalam resort inil. Terdapat dua ancaman yang diidentifikasikan oleh anggota resort yaitu :
Kebakaran
Kebakaran hutan merupakan ancaman yang mengancam hampir semua kawasan, kebakaran hutan biasanya terjadi akibat kelalaian manusia atau akibat musim panas yang berkepanjangan yang membuat kekeringan sehingga gampang terjadi kebakaran. Ini masuk akal menginat 94% dari kawasan resort adalah lahan kering. Beberapa daerah yang diidentifikasi paling rawan adalah kawasan di desa Sepe dan Kolori
Perambahan
Kegiatan perambahan terutama di daerah Kolori dan Lelio diidentifikasi sebagai salah satu ancaman utama di kawasanr resort.
VI. Kegiatan Pengelolaan
Dari ketiga kategori kegiatan perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan, kegiatan perlindungan diidentifikasi sebagai kegiatan prioritas di Resort Lelio (83%), seperti yang terlihat di figure 1. Saat ini, kegiatan patroli rutin untuk mencegah terjadinya Kebakaran hutan dan perambahan menjadi salah satu kegiatan utama di tingkat resort. Selain kegiatan patroli, kedepannya diharapkan juga bisa diadakan kegiatan penyadaran yang lebih intensif sebagai bagian dari upaya untuk pencegahan kebakaran dan perambahan di kawasan resort. Terkait kegiatan pengawetan, saat ini aktifitas hanya terbatas pada kegaitan pemasangan papan interpretasi. Sedang untuk kegiatan pemanfaatan, meskipun terdapat pemanfaatan jasa air yang cukup intensif di kawasan ini, namun pihak resort tidak terlibat secara langsung, yang menjelaskan mengapa kegiatan ini diidentifikasi sebagai prioritas terakhir, disbanding kegiatan pokok lainnya.

I. Kebutuhan Peningkatan Kapasitas dan Sarana Prasarana
Tabel 6. Identifikasi kebutuhan resort Lelio dan rekomendasi peningkatan kapasitas di Wilayah Resort Lelio
ID |
Hal |
Identifikasi permasalahan |
Rekomendasi |
1. |
Sumberdaya manusia |
Butuh peningkatan kapasitas dan penyegaran |
· Dibutuhkan peningkatan/penyegaran skill untuk operagi GPS, GIS, penggunaan komputer, Identifikasi satwa dan tumbuhan termasuk teknis survey kehati· Dibutuhkan mekanisme untuk meningkatkan motivasi anggota resort untuk melaksanakan fungsinya dan berinovasi untuk meningkatkan efektifitas pengelolaan kawasan dengan sumber daya yang dapat disediakan. |
3. |
Ketersediaan sarana dan prasarana penunjang |
Kurang maksimalnya sarana prasana untuk mendukung fungsi dasar pengelola resort |
· Pengadaan kantor resort· Pengadaan seragam untuk anggota MMP dan tenaga honorer· Pengadaan peralatan dasar untuk survey dan operasional kantor resort diperlukan dengan merujuk pada daftar peralatan yang ada di table 2 di atas. |
4. |
Sistem Manajemen Informasi |
Tidak adanya sistem manajemen informasi |
· Dibutuhkan mandat yang jelas dari tingkat balai untuk pengumpulan data, termasuk terkait data apa saja yang harus dikumpulkan, format pelaporan, dan SoP pengelolaan data.· Pelatihan SDM untuk melakukan pengumpulan dan pengelolaan data di tingkat resort. Pelatihan dasar seperti identifikasi flora dan fauna serta pelaporan dibutuhkan· Adopsi aplikasi SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tools)-atau aplikasi serupa, yang dapat memudahkan tugas petugas dalam memantau ancaman dan potensi di dalam kawasan, dan kemudian menggunakan informasi ini dalam merencanakan kegiatan pengelolaan yang paling efektif. |
5. |
Organisasi |
Kegiatan pengelolaan yang masih sangat terpusat |
Proses perencanaan dan pengelolaan anggaran hendaknya lebih inklusif dengan benar-benar melibatkan anggota resort, dan menjadikan laporan dari resort sebagai bahan pertimbangan penyusunan kegiatan di tingkat balai/bidang/seksi |