FAUNA TNLL
Keanekaragaman jenis satwa di Taman Nasional Lore Lindu cukup tinggi dan banyak diantaranya merupakan endemik Sulawesi. Sesuai dengan SK Dirjen PHKA nomor 132/IV-KKH/2011 tanggal 8 Juli 2011 tentang penetapan spesies terancam punah prioritas, ada tiga jenis satwa yang berada dalam Kawasan Taman Nasional Lore Lindu yaitu Maleo, Babirusa dan Anoa yang terus dimonitor populasinya sejak tahun 2013. Moonitoring populasi satwa tersebut dilakukan pada site monitoring yang telah ditetapkan melalui SK Kepala Balai Besar TN Lore Lindu nomor : SK.95/Kpts/IV-T.13/2014 tanggal 12 Desember 2014
Reptilia yang menghuni kawasan TNLL umumnya adalah jenis cecak besar dan ular. Dari 68 jenis ular di Sulawesi beberapa diantaranya sering dijumpai antara lain ular piton (Python reticulatus), ular kobra (Ophiophagus hannah) dan ular pembalap (Elapheeiythrura danejanses). TNLL juga merupakan habitat bagi kura – kura darat endemic Sulawesi yaitu Indotestudo forstenii
Dari jenis burung, TNLL di bagian utara merupakan salah satu tujuan utama bagi pengamatan burung di Asia, sangat mungkin untuk melihat 80% dari 96 jenis burung endemik di Sulawesi dalam jangka waktu kunjungan selama 4-5 hari “Bird Life International (Jepson dan Ounstead 1997). Salah satu jenis burung yang masuk dalam satwa prioritas adalah Maleo (Macrocephalon maleo) dan burung enggang Red-Knobbed (Rhyticeros cassidix) yakni jenis yang digunakan dalam logo TNLL. Disamping itu juga meliputi jenis Woodcock Sulawesi (Scolopax celebesis), Anis Geomalia (Geomalia heinrichi) dan Nightjar Satanic (Eurostopodus diabolicus), Elang Sulawesi (Spizaetus lanceolatus) serta beberapa jenis burung yang menjadi target kegiatan pengamatan burung seperti Malia Sulawesi (Malia grata), Sikatan Bubik (Muascicapa griseisticta) dan Anispunggung Merah (Zoothera erythronota). Menurut beberapa pengama burung bahwa kawasan TNLL menjadi surga mengamat burung (paradise of bird watchers)
Tarsius merupakan salah satu primata terkecil, langka dan unik. Satwa primata primitif (prosimian) dengan berat badan ± 120 gram yang hidup di pepohonan (satwa arboreal) dan nocturnal yang umumnya berpasangan. Spesies tarsius yang ada di TNLL adalah Tarsius pumilus, Tarsius dentatus dan Tarsius lariang.
Sebaran Tarsius dentatus berada pada ketinggian di atas 700 m dpl di bagian utara TNLL yaitu wilayah Kamarora dan Toro. Sebaran Tarsius pumilus berada pada ketinggian di atas 1800 m dpl yaitu wilayah Gunung Nokilalaki, Gunung Rano rano dan Lore Kalamanta. Sebaran Tarsius Lariang di bagian barat kawasan TNLL yaitu wilayah Sungku, Lempelero, Gimpu dan Marena
Kepadatan populasi Tarsius di TNLL yaitu :
- Tarsius dentatus di Toro 175 individu/km2 (Duma et al.2010)
- Tarsius lariang sebanyak 80.21 individu/km2 hutan lahan kering primer dan 218.29 individu/km2 di hutan lahan kering sekunder
- Tarsius pumilus di Rorekatimbu sebanya 92 individu/km2 (Grow 2003)
Jenis lain yang juga diketahui keberadaannya adalah Babi Hutan Sulawesi (Sus celebencis), Monyet Hitam Sulawesi (Macaca tonkeana), Kuskus Beruang (Ailurops ursinus) dan Musang (coklat) Sulawesi (Macrogalida musschenbroekii). Dari beberapa survey yang telah dilakukan, lebih lanjut diperoleh informasi mengenai mamalia kecil di TNLL antara lain kelompok tupai dan kelelawar pemakan serangga. Penelitian tentang reptile telah mengidentifikasi 24 spesies dari 13 famili. Untuk amfibia, 21 spesies telah ditemukan di TNLL termasuk empat bentuk yang mungkin mewakili spesies baru. Sedangkan untuk invertebrate, satu – satunya kelompok yang telah dipelajari secara umum adalah Lepidoptera. Sebuah studi tentang kupu – kupu di sekitar Kamaroa mengungkapkan adanya 31 spesies dari empat famili
